MODEL ARSITEKTUR RAUH PADA POHON Pinus merkusii


Dosen Pengampu : Pak Atus Syahbudin
Oleh : Evy Maranata br Sitepu (07986)

Model Rauh yaitu model pohon yang memiliki ciri-ciri batang bercabang,poliaksial atau pohon dengan beberapa aksis berbeda, dengan aksis vegetatif yang tidak ekuivalen dengan bentuk homogen, semuanya orthotropik, percabangan monopidial dengan perbungaan lateral dan mempunyai batang pokok yang mengalami pertumbuhan secara ritmik. Model ini salah satu yang paling sering dijumpai pada tumbuhan berbiji. Model ini sangat lazim dijumpai diantara pohon-pohon pada latitude yang tinggi (seperti Acer, Fraximus, Pinus, Quercus dll), dan juga biasa terdapat di daerah tropis (Alif, 2000).


Gambar 1. Arsitektur Pohon Model Rauh
Sumber : Wiyono,2009

P. merkusii (Pinus) merupakan salah satu contoh model Rauh dari golongan Coniferae adalah P. merkusii. Spesies ini merupakan vegetasi perintis dan mendiami daerah ekologi yang luas mulai dari savanna sampai habitat hutan. Daerah penyebaran P. merkusii meliputi Burma sebelah timur, Indocina, Cina Selatan, Thailand bagian utara, Philipina dan Indonesia dengan pusat keanekaragaman terletak di Mexico, Amerika Serikat bagian timur dan daratan Asia Timur. Penyebaran vertikalnya pada ketinggian 50-2000 m dpl, dengan batas teratas mencapau ketinggian 3000 – 4000 m dpl (Soerianegara dan Lemmens, 1994)

Adapun pemanfaatan dari P. merkusii antara lain :
1.      Daun dan Tajuk P. merkusii Dapat Mengurangi Hujan Netto Melalui Proses Intersepsi
Dalam penelitiannya yang dilakukan di Gunung Walat dari tahun 1999-2001, Mulyana et al. (2002) dalam Pusat Pengembangan Sumberdaya Hutan Perhutani (2002) menyebutkan bahwa kehilangan air (curah hujan) akibat proses intersepsi dari hutan pinus adalah yang tertinggi (15,7%) dibandingkan hutan agathis (14,7%) dan puspa (13,7%).  Pengurangan jumlah hujan netto (jumlah curah hujan yang sampai pada tanah) melalui kemampuan intersepsi pada tanaman pinus, berarti dapat mengurangi jumlah air infiltrasi yang dapat menjadi beban atau faktor penggelincir dalam proses terjadinya longsor pada tanah-tanah miring. 
2.      Akar P. merkusii yang Panjang dan Dalam Dapat Memperkuat Tanah
Sebagai pohon yang memiliki buah besar, P. merkusii secara genetis memiliki perakaran tunggang yang dalam (Daniel et al., 1995), sehingga akarnya dapat menembus lapisan yang kuat dan dalam. Meskipun telah dijelaskan bahwa distribusi atau kedalaman akar lebih dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, namun sifat genetis pinus tersebut tetap berpeluang tinggi dalam memperkuat tanah atau meningkatkan kekuatan tahanan geser tanah
3.      P. merkusii Memiliki Nilai Evapotranspirasi yang Tinggi Sehingga Dapat Mengurangi Kemungkinan Terjadinya Longsor
Pinus sebagai pohon yang evergreen memiliki nilai evapotranspirasi yang besar dibandingkan dengan jenis pohon lain Satu hal yang perlu diperhatikan, bahwa peran akar dalam pengambilan air tanah untuk memenuhi kebutuhan fotosintesis maupun transpirasi, menjadi terbatas seiring dengan penambahan jarak akar dari pohon. Makin jauh jarak akar dari pohon atau makin dalam perakaran, makin berkurang kemampuan akar dalam mereduksi ketersediaan/kadar air dalam tanah Oleh karena itu perakaran pohon pinus yang dalam perannya lebih kepada mengikat lapisan batuan induk, sehingga meningkatkan stabilitas lereng. Namun demikian, pada keadaan di mana  curah  hujan ekstrim tinggi dengan periode yang lama, peran vegetasi hutan dengan nilai evapotranspirasi yang tinggi tidak efektif lagi dalam menurunkan kemungkinan terjadinya tanah longsor.

Gambar 2. Pinus merkusii
Sumber gambar : plntamor.com

Pada model rauh, pola percabangan orthotropik akan meningkatkan aliran batang, karena cabang-cabang yang tumbuh vertikal berfungsi sebagai wadah penampungan air hujan yang selanjutnya dialirkan ke batang. Namun demikian model Rauh memiliki daun bentuk jarum dan kulit batang yang kasar serta beralur dalam. Daun bentuk jarum akan mengintersepsi curah hujan lebih besar karena dapat mengikat lebih banyak butir-butir air kemudian kulit batang yang kasar dan beralur dalam akan memperlambat aliran batang serta memperluas bidang permukaan sehingga proses penguapan di sepanjang batang akan semakin aktif. Hal ini sesuai dengan Parker (1983) yang menyatakan bahwa jumlah aliran batang dipengaruhi oleh kehalusan kulit batang, diameter batang dan sudut antara batang dipengaruhi oleh kehalusan kulit batang, diameter batang dan sudut antara batang dan cabang. Apabila kulit batang yang dimiliki oleh suatu vegetasi kasar, maka aliran batang yang terjadi lebih kecil dibandingkan dengan vegetasi yang memiliki kulit batang yang halus.  Bila intensitas hujan dan frekuensi hujan tinggi, aliran batang pada model rauh akan meningkat dengan tajam. Hal ini dikarenakan kulit P. merkusii membutuhkan waktu lama untuk menjadi kering, bahkan ketika hujan sudah berhenti aliran batang masih ada yang menetes (mengalir).

DAFTAR PUSTAKA
Alif, A, 2000. Pengaruh Arsitektur Pohon Model Massartd dan Rauh Terhadap Aliran Batang, Curah Tajuk, Aliran Permukaan dan Erosi di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi, Bogor ; IPB.
Soerinegara, I dan R. H. M. J. Lemmens. (ed.) 1994. Timber Trees Major Commercial Timbers. Bogor Prosea.
Parker, G. G. 1983. Throughfall and Stemflow in The Forest Nutrient Cycle. Advancement in Ecological Research. 13 (1) : 57-133





Komentar

Postingan populer dari blog ini

TUGAS MK ARSITEKTUR POHON 2018 : Model Arsitektur Pohon yang Paling Mudah dan Paling Sulit